My takeaways from “Brain Rules for Baby: How to raise a Smart and Happy Child from Zero to Five”

Buku karya John Medina ini enak dibaca, tidak membosankan dan bikin ngantuk. Bahasanya mengalir seperti novel. Pintar menulis memang Pak Medina ini! Beliau seorang Profesor ahli otak. Jadi semua tipsnya dalam buku ini didasarkan brain science.

Raising a Happy Child: Verbalizing emotions dan bermusik

Yang saya paling ingat dalam buku ini adalah cara supaya anak kita kelak bahagia. Yaitu “kamu tidak bertujuan dia punya penghasilan tinggi dari pekerjaannya. Riset membuktikan kelompok orang yang paling bahagia adalah yang penghasilannya USD 50 ribu saja dalam setahun!” (Buku ini terbitan 2014).

Medina menjelaskan bahwa kenaikan pendapatan dan kebahagiaan berjalan beriringan tetapi hanya hingga USD 50 ribu (= biaya hidup rata-rata untuk 1 keluarga di Amerika Serikat). Saat pendapatan seseorang terus memuncak, maka kebahagiaan belum tentu ikut memuncak.

Berarti sesuai dengan yang selama ini kita dengar: Money cannot buy all things. Money cannot buy happiness!

Jadi pesan dari Medina adalah cukup arahkan anakmu untuk mencari nafkah hingga kebutuhan dasar terpenuhi. Tidak usah lebih dari itu. Lalu untuk menikmati kebahagiaan yang lebih besar lagi kuncinya ada di keluarga & persahabatan (^^)人(^^)

Sebuah penelitian yang dilakukan selama hampir 75 tahun menunjukkan hasil yang konsisten bahwa kebahagiaan hidup seseorang ditentukan oleh hubungannya dengan orang lain. Maka keluarga dan teman karib menjadi game changer-nya.

Buku ini melanjutkan bagaimana mendidik anak supaya bisa berkawan akrab baik dengan teman, pasangan, dan saudara. Dua yang saya ingat adalah verbalizing emotions dan bermusik.

Verbalizing emotions. Saat anak kita tantrum, bantu dia menemukan apa yang dia alami dan rasakan. Misalnya: oh kamu marah ya karena adik bongkar legomu saat kamu lagi asyik main? kamu kesal ya karena sudah cape-cape bikin lalu dirusak tiba-tiba?

Dengan begitu anak belajar mengenali perasaannya yaitu marah dan kesal. Dari pengalaman pribadi, memberi label atas kondisi akan membuat anak menangis lebih kencang. Tetapi menurut beberapa sumber yang saya baca, itu justru bagus karena menangis merupakan cara mengekspresikan emosi sekaligus jalan menenangkan diri.

Saat remaja dan dewasa nanti dia akan lebih pandai mengatur emosinya. Saat galau putus cinta, ditolak klub band musik, bahkan mungkin ditinggal orang tua, mereka akan lebih piawai mengelola segala emosi yang berkecamuk dalam dirinya.

Sedangkan bermusik, maksud Medina adalah mulai memperkenalkan musik sebelum usia 7 tahun dan terus berlanjut hingga minimal 10 tahun kemudian. Bermusik jangka panjang terbukti membuat otak manusia lebih cepat mengidentifikasi berbagai jenis emosi yang berbeda.

Menurut Medina, ini akan membantu seseorang tidak hanya mengenali situasi dirinya tetapi juga orang lain. Secara tidak langsung, bermusik akan membantu seseorang lebih peka dan dengan demikian lebih bisa membangun persahabatan.

Raising a Smart child

Selain happy child, buku ini juga membahas bagaimana membesarkan anak supaya pintar. Menarik untuk tahu apa definisi pintar dari Pak Medina. Ternyata mirip dengan kata agile yang sekarang trend dalam dunia profesional. Pak Medina bilang smart yang dia maksud adalah 1.) fluid intelligence, yaitu kemampuan cepat belajar dari kesalahan dan kemampuan menerapkan berbagai pengetahuan dan pengalaman dalam situasi yang terus berubah.

2.) crystallized intelligence. Ini yang klasik yaitu kemampuan mengingat informasi (memori).

Nah, berangkat dari definisi ini, maka tujuan kita adalah membentuk anak yang punya rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif, bisa kontrol diri, pandai berkomunikasi verbal, dan mengerti ekspresi non-verbal seperti raut wajah orang lain.

Tools-nya untuk mencapai tujuan tersebut ada 5.

  1. Memberi ASI selama 1 tahun
  2. Ngomong yang banyak ke anak, meskipun dia mungkin belum mengerti
  3. Open-ended play
  4. Growth mindset
  5. Di bawah 2 tahun, no screen time

Karena anak saya bukan bayi lagi, maka fokus saya adalah yang no 3 dan 4. Open-ended play memberi kesempatan anak untuk berimajinasi, main pretend play, melatih bicara, dan berkreasi. Pak Medina menyarankan 1 ruangan banyak mainan. Blok dan lego di satu sisi, kertas dan alat prakarya di sebelahnya, kardus-kardus bekas di sisi lain, berbagai kostum di pojok ruangan, dan sebagainya.

Saya senang dan agak terkejut membaca ini karena ini adalah pemandangan kelas anak saya di sekolah. Sejak dia KB hingga sekarang kelas 2 SD, kurang lebih beginilah kelasnya. Di jam tertentu anak-anak bebas memilih mau main apa saja yang ada di kelas. Beginilah di Belanda. Bagaimana dengan kelas di sekolah-sekolah di negara Anda tinggal? Isi di kolom komentar di bawah ya (ᵔ◡ᵔ)

Dengan banyak pilihan ini, Pak Medina berargumen, anak-anak bisa menggunakan apa saja sesuai tema hari ini. Misalnya, tema ksatria menyelamatkan putri raja. Maka anak bisa menggunakan lego atau kardus untuk membuat kastil. Mengambil alat tulis untuk membuat pedang. Memakai kostum sebagai ksatria. Atau sekedar membaca buku tentang istana dan kerajaan.

Sedangkan growth-mindset, intinya Pujilah Usaha Anak, bukan Pintarnya Anak!

Kalau orang tua memuji “Kamu pintar ya bisa dapat 10 ulangannya” maka anak menjadi lebih tertarik untuk terlihat/dibilang pintar daripada keinginan untuk belajar lebih banyak. Maka pujilah “Wah ulanganmu dapat 10? Pasti kamu belajarnya sungguh-sungguh ya.” Dengan demikian dia akan memperhatikan proses belajarnya, bukan sekedar hasilnya.

Selain itu, buku ini juga memberikan banyak tips parenting yang bagus. Salah satunya tentang screen time, Pak Medina menerapkan trading screen time untuk anak-anaknya. Anaknya hanya boleh screen time selama mereka membaca buku fisik. Jadi kalau anaknya membaca buku 1 jam, maka dia boleh screen time 1 jam hari itu. Menarik kan? (^_~)

Pesan menarik lainnya di buku ini

Singkatnya, buku ini recommended! Tidak hanya yang punya anak hingga 5 tahun. Saya kira tips nya berguna bahkan hingga anak 12 tahun.

Meskipun begitu, saya tidak yakin kalau buku ini unik. Kemungkinan besar banyak buku parenting yang isinya senada dengan ini, yaitu pakai pendekatan positive parenting. Sebutlah Adele Faber & Elaine Mazlish dengan buku mereka “How to Talk so Kids Will Listen & Listen so Kids Will Talk”. Dan juga Dan Siegel & Tina Bryson dengan buku “The Whole-Brain Child: 12 Revolutionary Strategies to Nurture Your Child’s Developing Mind”.

Silahkan pilih buku mana yang ingin Anda baca. Happy Reading!

Tinggalkan komentar